Imunisasi BCG dapat Mengurangi
Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak Balita
orami.co.id
Penyakit Tuberkulosis (TB) paru sampai saat ini masih
menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB dengan
sekitar 9 juta kasus baru Tuberkulosis setiap tahun. Artinya ada satu
orang yang terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberkulosis setiap detik.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis sekitar 1,6 juta
per tahun. Indonesia di antara tiga juta penduduk yang suspek
tuberkulosis, 220.000 dengan sputum BTA positif atau 2,4 per seribu
penduduk.
Sejak tahun 1995 program pemberantasan penyakit TB paru telah
dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse), dimana strategi ini dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi dan paling cost effective.
Tuberkulosis primer disebut juga penyakit tuberkulosis pada bayi dan
anak serta merupakan penyakit sistemik, juga penyakit menular yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa tipe humanus ( jarang
oleh tipe Mycobacterium bovines ). Mycobacterium tuberculosa masuk
melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli terjadilah
infeksi primer. Lesi di dalam paru dapat terjadi di berbagai tempat
terutama di perifer dekat pleura. Lebih banyak terjadi di bagian bawah
paru dibandingkan dengan bagian atas. Pembesaran kelenjar regional
lebih banyak terdapat pada anak dan penyembuhan terutama ke arah
klasifikasi serta penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi
dan anak kecil. Masalah klinis yang sering dihadapi adalah sulitnya
diagnosis karena gambaran rontgen paru dan gambaran klinis yang tidak
terlalu khas, sedangkan penemuan basil TB sulit. Anak biasanya tertular
sumber infeksi yang umumnya penderita TB dewasa. Anak yang tertular TB
disebut mendapat infeksi primer TB. Penyakit TB biasanya menimbulkan
gejala, tetapi karena gejala tersebut seringkali tidak jelas maka
pasien atau orang tuanya tidak menyadari atau memperhatikannya.
Baca juga :
Kasus
TB Paru Mulai Berkurang
Pencegahan dengan Imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang
mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik,
sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya
kuman dari luar. Vaksinasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah
vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang telah diwajibkan di 64
negara dan direkomendasikan di beberapa Negara lainnya. Indonesia telah
melaksanakan vaksinasi BCG sejak tahun 1952. Dari tahun 1952 sampai
1978 vaksinasi BCG diberikan secara dini (segera sesudah lahir). Dengan
adanya Program Pengembangan Imunisasi (PPI), pada tahun 1978 waktu
pemberiannya diubah menjadi BCG secara lambat (pada umur 3 bulan),
meskipun belum ada kesatuan pendapat antara para klinisi dan
pemerintah. Pada tahun 1990 PPI mengubah pemberian vaksinasi BCG
menjadi segera setelah lahir (dini) kembali. Anak yang telah diberikan
imunisasi BCG (ada jaringan parut atau scar pada lengan kanan) dan
ternyata menderita Tuberkulosis Paru besar kemungkinan karena anak
telah terinfeksi kuman Tuberkulosis sebelum diberikan Imunisasi BCG.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erni dan livana anak
balita yang tidak imunisasi BCG sangat berperan terhadap hubungan
pemberian imunisasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak
balita. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa anak yang tidak imunisasi
BCG mampu meningkatkan kejadian Tuberkulosis paru pada anak balita
(OR=0,489; 95% CI= 0.043 - 5,586). Anak balita yang tidak imunisai BCG
mempunyai kecenderungan mengalami Tuberkulosis Paru sebesar 0,489 kali
dibanding anak balita yang mendapatkan imunisasi BCG. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa imunisasi BCG dapat mengurangi resiko kejadian
Tuberkulosis Paru pada anak balita.
Sumber
Berita : http://corporate.kimiafarmaapotek.co.id/entry/...
Sumber Gambar : http://magazine.orami.co.id/static/...
kimiafarmaapotek.co.id,
15
Januari 2018
|