|
|
01/Juni/1998 |
|
|
|
Pola Merokok Pada
Pneumologist di Rumania
Mihaltan FI, Ulmeanu R, Onea G & Calt C |
National Institute of
Pneumolphttisiology M Nasta*, Bucharest, Rumania |
|
Penelitian ini didasari dengan dugaan bahwa insidens
perokok antar dokter dan pasien di Rumania dirasa cukup tinggi. Penelitian
dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang kebiasaan merokok pada 250
orang pneumologist (sepertiga dari jumlah pneumologist dinegara itu), dimana 232 (93 %)
mengembalikan kuesioner yang telah diisinya,
terdiri dari 167 wanita dan 65 pria yang sebagian besar (70%) berumur antara
31 sampai 50 tahun. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi merokok
adalah 60,5% pada pria dan 40% pada wanita. Diantara para perokok, 40% telah
mulai merokok sejak masa sekolah. Ada kecemasan diantara sebagian
pneumologist (40%) terhadap kebiasaan merokok pada dokter dan juga pada
pasiennya, sementara itu sekitar 53%
responden menyayangkan tidak
adanya metode berhenti merokok
yang baik.
Hanya 7,1%
penurnologist berhenti merokok ketika
mereka sedang sakit, hanya 7,3%
responden yang ingin dibantu
untuk berhenti merokok serta hanya
4,4% responden yang
bertanya tentang tempat konsultasi anti merokok. |
Sebagai kesimpulannya penulis menyampaikan bahwa hasil
penelitian ini menunjukkan rasa tidak bertanggung jawabnya para pneumologist yang merokok
serta
situasi dramatik korps kedokteran di Rumania. Sebagian besar pneumologist di Rumania
adalah wanita, dan pola merokok mereka ternyata lebih tinggi daripada para
wanita Rumania secara keseluruhannya. |
Pihak korps medik setempat perlu mengambil
langkah-langkah untuk mengatasi keadaan ini. (Disampaikan pada
Conference on Global Lung Health -
Paris, 1997). |
|
Pengaruh Larangan Merokok di Tempat Kerja pada Kebiasaan Merokok
Neville Owen, Ron Borland |
School of Human Movement,
Deakin University, Burwood, Victoria, Australia |
|
Penelitian ini bertujuan untuk menilai dampak larangan
merokok ditempat kerja pada konsumsi rokok dalam waktu dua tahun
pengamatan. Penelitian dilakukan dalam bentuk dua survei kros seksional dan
suatu studi longitudinal yang menanyakan kebiasaan merokok baik di tempat
kerja maupun diluar itu pada 1 bulan sebelum larangan merokok serta 6 bulan
dan 2 tahun setelah ada larangan merokok di masing-masing tempat kerja para
perokok. |
Subjek penelitian adalah para pekerja dari 46 kantor
pemerintahan di Australia. Studi kros seksional 6 bulan setelah larangan
merokok di tempat kerja diikuti oleh 3348 pekerja, sementara survei
berikut -2 tahun setelah larangan merokok diikuti oleh 3982 pekerja. Studi
kohort longitudinal diikuti oleh 107 pekerja yang diternukan merupakan
perokok pada ke dua survei kros seksional tersebut diatas. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara enam bulan dan
dua tahun setelah ada larangan berhenti merokok ternyata ada peningkatan
konsumsi rokok sebanyak 1,3 batang per hari. Data dari sampel yang diikuti
secara longitudinal menunjukkan kenaikan konsurnsi rokok sebesar 1,7
batang perharinya. Penelitian lain sebelum penelitian ini menunjukkan adanya
penurunan konsumsi rokok 5,2 batang per hari antara sebelum ada larangan
merokok sampai 6 bulan setelah itu. Setelah dua tahun pengamatan,
diperkirakan akan ada pengurangan konsumsi rokok sebanyak 3,5 batang per
hari bila dibandingkan dengan konsumsi rokok sebelum ada larangah merokok
ditempat kerja. |
Sebagai kesimpulan disampaikan bahwa pengurangan
konsumsi rokok yang biasa ditemukan setelah adanya larangan merokok di
tempat kerja ternyata akan makin berkurang dengan berjalannya waktu.
(Tobacco Control J 997:6: J 31-135) |
|
Tingginya
Ketergantungan Nikotin pada Wanita dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Lj Nagorni - Obradovic, V Petrovic,
M Mitic - Milikic & V Stankovic
Institute for Pulmonary Disease and
Tuberculosis, University Clinical Center, Belgrade Yugoslavia |
|
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa persentase tingginya ketergantungan nikotin ("nicotine
dependance - ND") pada kaum wanita yang menderita penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Pada penelitian yang mengobati 5269 pasien di
Institute for Pulmonary Disease and Tuberculosis sepanjang tahun 1996, 769
di antaranya (14,6%) adalah wanita. Peneliti menganalisa ketergantungan
nikotin pada 37 wanita (umur rata - rata 59,7 tahun) perokok aktif yang
menderita PPOK yang diobati dengan gagal nafas. Ketergantungan nikotin
dianalisa dengan menggunakan 6 pertanyaan "Fagerstone Test for
Nicotine Dependance (FTND)". Jumlah rokok yang dihisap rata -
rata adalah 48,4 bungkus tahun (15 - 140). Nilai rata - rata untuk
ketergantungan nikotin adalah 6,8 (3 - 10). Lima pasien (13,5%)
menunjukkan ketergantungan nikotin yang rendah (Nilai FTND antara 3 - 4)
pasien (19%) ketergantungan medium (Nilai FTND 5), 20 pasien (54%) punya
ketergantungan yang tinggi (FTND 6 - 7) dan 5 pasien lain (13,5%) punya
ketergantungan nikotin yang amat tinggi dengan nilai FTND antara 8 - 10. |
Peneliti menyimpulkan bahwa lebih dari
separuh kaum wanita dengan PPOK dan insufisiensi pernapasan punya
ketergantungan nikotin yang tinggi. Karena itu, para dokter diminta
untuk selalu menganjurkan pasien PPOKnya untuk berhenti merokok sebagai
bagian dari proses pengobatan. Pada kasus-kasus dengan ketergantungan
nikotin yang tinggi maka pemberian "nicotine replacement
therapy" perlu dipikirkan. (Disampaikan
pada Conference on global Lung Health - Paris 1997) |
|
Karakteristik
Klinik Penderita PPOK Berusia Muda
Secon division, Departement of Internal
Medecine, Hamamatsu University School of Medechine - Japan |
|
Penderita penyakit paru obstruktif (PPOK)
dengan onset pada usia yang muda ("younger onset") ternyata
memang dijumpai di klinik sehari-hari, kendati penyakit ini lebih sering
ditemui pada mereka yang berusia tua. Penelitian ini akan membahas
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya onset PPOK pada usia yang lebih
muda.
|
Subyek penelitian meliputi 254 pasien PPOK
(228 pria dan 28 wanita) yang memenuhi kriteria diagnostik dari American
Thoracic Society (ATS). Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok
berdasar pada umur terjadinya PPOK, yaitu grup A yang terjadi PPOK pada usia
di bawah 50 tahun dan grup B yang terjadinya PPOK diatas usia 50 tahun. Grup
A terdiri dari 8 pasien (7 pria dan satu wanita), sementara grup B meliputi
246 pasien (221 pria dan 25 wanita). Sputum dan bising mengi lebih sering
dijumpai pada grup A, tetapi derajat sesak napas lebih berat pada grup B
ketimbang grup A. Seluruh subyek di grup A punya riwayat merokok, sementara
ada 17 orang di grup B yang tidak merokok. Tidak ada perbedaan bermakna dari
usia saat mulai merokok pada grup A dan grup B (20,1 vs 21,2 tahun). Indeks
Brinkman Grup A lebih rendah daripada grup B (545 vs 946). |
Dapat diduga bahwa pasien PPOK yang onsetnya
di bawah 50 tahun punya kepekaan lebih tinggi terhadap rokok daripada mereka
yang onsetnya pada usia lebih lanjut. |
(Disompaikan pada 4th
Congress Asian Pacific Society of Respirelogy
- Beijing 1996). |
|
Pedoman Klinik Berhenti Merokok
Pernyataan Bersama The Agency for Health
Care Policy and Research
The Smoking Cessation Clinical Practice
Guideline Panel and Staff |
|
Tujuan dari perternuan yang disajikan dalam
tulisan ini adalah untuk menyatukan pendapat tentang "Smoking
Cessation Clinical Practice Guideline", yang terdiri dari
rekomendasi untuk 3 kelompok profesional, dokter yang berpraktek sehari-hari
di lapis pertama pelayanan kesehatan, para spesialis ahli berhenti merokok
dan pada administrator pelayanan kesehatan serta pihak terkait dengannya. |
Partisipan panel ini adalah para peneliti,
klinisi, konsumen dan ahli metodologi yang dipilih oleh "US Agency for
Health Care Policy and Research". Yang juga diliteliti adalah literatur
berbahasa Inggris antara tahun 1975 sampai 1994 yang berisi penilaian dan
pengobatan ketergantungan tembakau, adiksi nikotin dan masalah-masalah di
klinik. |
Telah dilakukan empat kali perternuan panel
pada 2 tahun terakhir untuk mengevaluasi meta analisa dan hasil penelitian
lainnya, untuk merumuskan hasil dan rekomendasi yang akan dibuat. Panduan
(guideline) yang dihasilkan juga beberapa kali dinilai ulang dan
diperbaiki. |
Sebagai kesimpulan panel ini memberikan
rekomendasi pada tiga kelompok. Rekomendasi utama pada para dokter yang
bekerja di lapis pertama pelayanan kesehatan adalah menggunakan segala
kernampuannya untuk mengindetifikasi para perokok, melakukan program agar
mereka berhenti baik dengan cara motivasi ataupun dengan "nicotine
replacement" dll. Mereka perlu pula menjadwalkan kunjungan Ulang untuk
melihat kemajuan upaya berhenti merokok dari setiap pasien. Sementara itu,
rekomendasi utama bagi para spesialis ahli berhenti merokok adalah
menggunakan konseling kelompok selama setidaknya 20 menit yang membicarakan
tentang "nicotine replacement", pemecahan masalah serta suport
sosial. |
Sementara itu, rekomendasi utama bagi para
administrator kesehatan dan pihak lain terkait adalah pengenalan penggunaan
sistem untuk mengindetifikasi perokok di semua klinik yang ada, dukungan
bagi program berhenti merokok dengan pendidikan dan latihanbagi staf
kesehatan, mencari staf yang berdedikasi, perubahan kebijakan rumah sakit
dan upaya bantuan dana bagi pengobatan ketergantungan tembakau. (JAMA
1996:275:1270-80) |
|
Pengaruh Pemasaran Rokok pada Kebiasaan Merokok Remaja di Amereka Serikat
Elizabeth A Gilpin, John P Pierce
Cancer Prevention and Control Program,
Cancer Center, University of California San Diego, La Jolia, California, USA |
|
Penelitian ini bertujuan membandingkan pola
mulai merokok pada remaja dengan harga rokok serta biaya yang dikeluarkan
untuk pemasaran rokok di Amerika Serikat. Dalam desainnya diamati pola awal
merokok para remaja usia 14 -17 tahun pada dekade 1979 - 1989. Sementara
itu, dinilai pula data tentang harga rokok dan pengeluaran untuk pemasaran
rokok pada periode waktu yang sama. |
Subjek penelitian adalah 140. 975 orang yang
pernah merokok, berumur antara 17-38
tahun, di survai pada tahun 1992 atau 1993 yang menyatakan mulai merokok
pada dekade 1979 - 1989. Yang diteliti antara lain adalah "initiation
rate" yang dihitung sebagai jumlah orang dalam kelompok umur yang
melaporkan mulai merokok secara teratur dalam satu tahun, dibagi dengan
jumlah orang yang tidak pernah merokok pada awal tahun pengamatan. Pola ini
diamati secara model linear dan kuadratik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa antara 1979 sampai 1984 jumlah remaja yang mulai merokok
("initiation rate") ternyata menurun, tetapi kemudian meningkat
lagi setelah waktu itu, khususnya pada pria, kulit putih dan mereka yang
tidak menamatkan sekolah lanjutan. Pada periode waktu antara 1979 sampai
kini harga rokok terus meningkat, demikian juga biaya pemasarannya. |
Sebagai kesimpulan disampaikan bahwa
tersedianya rokok yang murah ternyata bukan merupakan faktor mulainya
seorang remaja untuk merokok. Sementara itu, para penulis menduga bahwa
tehnik pemasaran yang ekstensif punya dampak dalam mempengaruhi seorang
remaja untuk mulai merokok.
(Tobacco Control 1997;6:J22-127) |
|
Hari
Sabtu Bebas Asap Rokok di Sekolah
Weaver CR.
American Lung Association of Western Pensylvania
(ALAWAP). USA |
|
Pada tahun 1994 Asosiasi Paru Amerika Serikat
Cabang Pennsylvania Barat (ALAWP) melansir program "Smokeless
Saturday School", suatu program berhenti merokok selama satu hari.
Tujuan kegiatan ini adalah: |
-
Menilai riwayat merokok para
pelajar
- Mengajak para siswa belajar dampak kesehatan akibat rokok
- Membentuk kemampuan
berkomunikasi antar siswa
- Mengajak para siswa mengenali dorongan-dorongan untuk mulai
merokok
- Mempelajari bagaimana melawan
ajakan merokok
- Mempelajari bagaimana mengendalikan
dan menghentikan kebiasaan merokok
|
Cara yang dilakukan banyak yang bersifat
informal berupa kuliah singkat, lokakarya dan presentasi dari siswa bekas
perokok. Peserta program ada yang dikirim dari sekolahnya, guru, orang tua
dan bahkan dari pengadilan. |
Sampai tahun 1997 program ini telah mencakup
sekitar 500 siswa, dan hanya dua yang terpaksa mengulang program yang sama
setelah beberapa waktu. |
Penilaian pendahuluan menunjukkan hasil-hasil
sebagai berikut : |
- Tujuh puluh delapan persen siswa
berusaha berhenti merokok dengan angka sukses 39% dan berhasil
berhenti terus dalam pengamatan 3 sampai 9 bulan.
- Enam puluh enam persen perokok secara bermakna
menurunkan jumlah rokok yang dihisapnya dan beniat untuk berhenti secara
total.
- Seratus persen peserta menyatakan telah memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk berhenti merokok.
(Disampaikan pada Conference on
Global Lung Health - Paris, 1997) |
|
Studi Prospektif untuk Menilai Perubahan dari Rokok ke Pipa dan Cerutu
pada Mortalitas Akibat Penyakit Jantung
Koroner, Kanker paru
dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Wald JH & Watt HC |
|
Penggunaan pipa dan cerutu diketahui
mempunyai risiko lebih rendah dari pada rokok biasa, mungkin karena dengan
kedua cara ini seseorang akan menghisap lebih sedikit dan tidak menghisap
terlalu dalam. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di London untuk
menilai risiko mortalitas pada mereka yang mengubah cara merokoknya ini.
|
Telah diteliti 21.500 profesional berumur
antara 35 sampai 64 tahun yang diperiksa antara tahun 1975 sampai dengan
1982. Data " follow up " masih ditemukan sampai
rata-rata 14 tahun kemudian. Para penghisap pipa dan cerutu yang telah
berpindah dari menghisap rokok setidaknya selama 20 tahun ternyata merokok
lebih sedikit dari pada dulu (8 vs 20 gr/hari). Jumlah konsumsi tembakau
mereka sama dengan mereka yang memang sejak semula tidak pernah menghisap
rokok tetapi langsung memakai cerutu atau pipa, tetapi mereka yang dulunya
pernah merokok biasa ternyata punya kadar saturasi carboxyhaemoglobin
yang lebih tinggi. mungkin karena mereka relatif menghisap lebih dalam. |
Risiko untuk kematian akibat penyakit jantung
koroner, kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ternyata 46%
lebih rendah daripada mereka yang tetap merokok biasa dan tidak mengubahnya
ke pipa atau cerutu, tetapi 51 % lebih tinggi daripada mereka yang sejak
semula telah menggunakan pipa dan cerutu dan tidak pernah merokok biasa sama
sekali. Angka risiko kematian para perokok yang telah berubah menghisap pipa
dan cerutu ini juga 68% lebih tinggi dari mereka yang tidak pernah merokok
sama sekali, dan 57% lebih tinggi dari pada bekas perokok yang telah berhenti
merokok lebih dari 20 tahun. |
Para profesional muda kelas menengah yang
merokok akan dapat menurunkan risiko jangka panjang kematiannya akibat
penyakit jantung koroner, kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) sebesar sekitar 65% bila mereka berhenti merokok secara total, atau
menurunkan risiko kematian ini sebesar 46 % bila mereka mengubah rokoknya
menjadi pipa atau cerutu. Risiko kematian dalam 30 - 40 tahun akibat semua
penyakit akan turun 50 % bila berhenti merokok dan turun 40% bila mengganti
rokoknya menjadi pipa atau cerutu.
(BMJ 7997; 314:1860'3). |
|
Penelitian Riwayat Merokok pada Pasien PPOK dengan Kor Pulmonate
Yanwen Chen, Dongjie Ding, Quanying He, Erzhang Chen
Division of Respiratory Medecine, People's Hospital, Beijing Medical
University - P. R. of China |
|
Di negara-negara barat dilaporkan bahwa bila
tidak ada riwayat merokok maka jarang sekali ditemukan terjadinya PPOK yang
cukup berat. Tetapi di negara-negara berkembang diperkirakan ada faktor
risiko lain yang berperan selain kebiasaan merokok ini. Untuk menjelaskan
hal tersebut di Cina peneliti menilai riwayat merokok dari 165 subjek yang
menderita kopulmonale akibat PPOK yang masuk ke rumah sakit People's
Hospital - Beijing antara tahun 1992 - 1995. Pada setiap pasien ditanyakan
riwayat merokoknya selama ini. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 165
subjek, 132 diantaranya adalah perokok atau bekas perokok dan 33 lainnya
adalah bukan perokok, artinya rasio 4 banding 1. Sebagai tambahan, kaun
wanita ternyata mendominasi (22,23) kelompok yang bukan perokok Pada studi
analisis kemungkinan faktor risiko terjadinya PPOK pada 22 wanita ini, 16
diantaranya tenyata tinggal di rumah tangga yang menggunakan kompor batu
bara untuk pemanasan dan memasak di mana 4 diantaranya juga merupakan
perokok pasif. |
Peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan merokok
tetap merupkan faktor risiko utama untuk terjadinya PPOK di Cina, tetapi
faktor risiko lain seperti polusi udara dalam ruangan dengan pembakan batu
bara dan merokok pasif mungkin juga punya peran penting dalam terjadinya
PPOK.
(Disampaikan pada 4th Congre.Asian Pacific
Society of Respinlogy - Beijing, 1996) |
|
Penelitian "Cost-effectiveness" Kampanye Anti Rokok di Skotlandia
Julie Ratclive,
John Cairns & Stephen Platt
Health Economic Research Groups, Brunel University, Uxbridge,
Midllesex, UK |
|
Penelitian ini bertujuan menilai biaya dan
hasil dikeluarkan melalui program "Health Education Board
for Scotland's (HEBS 's) ". Program ini terdiri
dari 3 komponen utama, pertama iklan di media massa (termasuk TV) dan
berbagai poster, kedua berupa saluran hot line telepon yang diberi nama
"smokeline " dan ke tiga dengan menerbitkan booklet berjudul "You
can stop smoking". Penelitian kali ini menilai dampak program
ini pada tahap tahun pertama perkembangannya. Penilaian biaya yang
dihabiskan dilakukan secara retrospektif, yang dikombinasikan dengan
penilaian efektifitas program secara prospektif. |
Subjek penelitian adalah 970 orang dewasa
yang dipilih secara random dari mereka yang memanfaatkan fasilitas telepon
"smokeline". Mereka yang tergolong perokok kemudian diwawancara ulang
setelah 3 minggu, 6 bulan dan satu tahun kemudian. Dari sampel yang ada.
akhirnya didapat informasi tentang status merokok setelah satu tahun pada
587 orang. Penilaian hasil meliputi fase intermediate yang meliputi
"point prevalence " dan "period prevalence"
dari berhenti merokok. Sementara itu, penilaian hasil jangka panjang berupa
penghitungan kemungkinan penurunan angka mortalitas akibat berhenti merokok. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
satu tahun pengamatan ternyata 9,88% sampel menyatakan telah berhenti
merokok setidaknya selama 6 bulan terakhir. Perkiraan penghematan "cost
perlife-year saved" dari kampanye ini berkisar antara 30 - 656
pound. Sebagai kesimpulan disampaikan bahwa kampanye yang dilakukan ternyata
merupakan suatu cara yang "cost effective".
(Tobacco Control 1997;6:104-110) |

|
"WEB WATCH",
Tembakau di Internet |
|
Berbagai perkembangan dalam ilmu kedokteran
kini dapat diikuti di internet. Berbagai majalah kedokteran dalam dan luar
negeri mempunyai home page
masing·masing yang terus di "up date
" dari waktu ke waktu. Beberapa majalah kedokteran luar negeri juga
punya kolorn artikel khusus yang membahas berbagai aspek internet ini.
British Medical Journal punya kolom yang namanya "Netline", JAMA
punya hal serupa yang diberi nama "NetSight: A guide
tointeractive Medicine" dan American Medical News punya
"NET working'a monthly collection of hotspots,
tips and tidbits for Internoting
physician. Nampaknya majalah kedokteran Indonesia juga selayaknya punya
rubrik khusus yang membahas berbagai aspek informasi kedokteran lewat
internet ini. |
Informasi tentang kata "tobacco" di internet
tersebar pada berbagai web site yang ada. Ronald M Davis dari majalah
"Tobacco Control" mencoba berselancar di internet dan menemukan kata
tobacco sebanyak 86.891 pada Excite, 69.406 pada Infoseek, 16.034 pada
Lycos, 3872 pada WebCrawler dan 252 pada Yahoo. |
Untuk mengkompilasi semua data terakhir
tentang kata "tobacco", maka majalah "Tobacco Control" telah membuka suatu
artikel yang berjudul "Web Watch". Rubrik ini dikelola oleh Jack Cannon, yang
punya web site di http://www. gate.neti/~jcannon/tobacco.html.
Bila ingin berkorespondensi, alamat e mailnya adalah jcannon@gate.net. |
Suatu badan di Amerika Serikat yang sudah
lama terkenal dalam penanggulangan masalah merokok adalah The Californaia
Enviromental Protection Agency. Mereka mengeluarkan hasil penelitian yang
amat lengkap tentang "Environmental Tobacco Smoke (ETS)" yang dapat
dinikmati melalui
http://www.calepa.cahwnet.gov/oehha/docs/ets/execsum.htm. |
Penelitian yang tersaji disini terdiri dari 8
volume dan merupakan publikasi paling lengkap di dunia saat ini tentang ETS.
Sementara itu, bila anda ingin tahu berbagai kasus pengadilan dan tuntutan
terhadap industri rokok anda dapat mencarinya di
http://www.bottary,corn/tobacco.htm. Anda dapat juga membuka
http://ww\v.kinsella.com/broin.home.htm dimana anda dapat membaca kisah
tuntutan para awak pesawat yang biasa bekerja dikabin "non smoking" yang
ternyata kemudian menderita berbagai penyakit/kelainan akibat asap rokok
sampingan ("second hand smoke"). Ada juga. web site
http://www.kinsella.com/engle/home.htm yang menjelaskan tentang tuntutan
terhadap perusahaan rokok oleh penduduk Florida yang menderita berbagai
penyakit/kelainan akibat adiksi nikotin. Bila ada yang berminat melihat
hubungan antara residu peptisida dalam produk rokok maka ia dapat membuka
http://~rampages,onramp.net/~bdrake/. Disini dijelaskan tentang
dampak kesehatan masyarakat dari kontaminasi peptisida pada produk rokok,
peptisida apa yang ada dalam setiap hisapan rokok serta bahan apa yang
digunakan sebagai peptisida setelah serangan resisten terhadap DDT, endrin
dan dieldrin. Dampak buruk peptisida ini juga dapat dilihat melalui
htrp://www.rampages,onramp.nef/~bdrake/epafood.html yang
dikeluarkan oleh US Environmental Protection Agency. Anda dapat juga
mengakses berbagai Newslinks seperti htfp://www.tobacco.org/ yang
menyediakan berbagai artikel terbaru tentang penanggulangan masalah merokok,
yang datanya di update setiap hari. |
Barangkali anda juga ingin tahu apa yang
dikatakan para pengusaha industri rokok. Nah, anda dapat membuka web site
Philip Morris yaitu http://pminfo.yrams.nl/, atau berbagai dokumen
rahasia perusahaan industri rokok dalam
http://www.library,uscf.edu/tobacco/, atau melihat "isi perut"
perusahaan rokok Camel dalam http://saix.net/biz/camel.htm.
Perusahaan rokok RJ Reynolds dan Brown & Williamson membuka web site
bersama. Sementara itu web site Brown & Williamson yang didesain untuk
menarik generasi muda dapat dilihat di http://www.circuitbreak.com/. |
Sementara itu, berikut disampaikan beberapa
alamat e-mail staf WHO yang menangani masalah rokok. Di Genewa, adalah Mr
Neil E Collishaw, collishaw@who.ch.
Di Amerika, Dr. enrique Madrigal, madrigen@paho.org, Di Eropa yang
terkenal dengan programnya "Tobacco Free Europe" dengan Dr. P.
AndersoT\pan@who.dk, dan di WHO South East Asia adalah Ms. Martha Osei,
martha@who.ernet.in. Selain itu, adajuga GLOBALink electronic
database yang Juga punya kolom khusus tentang merokok. Ini merupakan media
gratis untuk tukar informasi, mengikuti konperensi elektronik dan berbagai
aktifitas lainnya, yang diatur oleh International Union Against Cancer
dengan alamat web site http://www.unicc.ch/globdemo dengan e-mail
globalink@uicc.ch. Bila anda ingin mencari tahu apa yang dikerjakan di
Australia, cobalah hubungi Tobacco and Health Unit, Center for Disease
Prevention and Health Promotion, NSW Health Department, Sydney dengan
e-mail kpurc@doh.health.nsw.gov.au atau
coneil@doh.health.nsw.gov.au. Anda ingin tahu program berhenti merokok
di Kanada, silahkan hubungi Office of Tobacco Reduction Programme, Ottawa
dengan e-mail dawn hachey.HWC@hc-sc.gc.ca. Jangan lupa, kalau
anda ingin menghubungi kami, redaksi "Rokok & Kesehatan", silahkan kedoctjand@link.net.id.Selamat
berselancar di cyberspace!
(Tjandra Yoga Aditama) |
|