02-31/Oktober/2001

 
  1. Penanganan adiksi nikotin
  2. Bahaya asap rokok terhadap kesehatan anak
  3. Rancangan konvensi pengendalian tembakau
  4. Rokok dan perempuan
  5. Mengapa anak merokok
  6. Prevalensi merokok di "Propinsi Guang Dong" China
  7. Perbandingan usia harapan hidup kanker paru dan kanker payudara perokok dan bukan perokok
  8. Data epidemiologi merokok
 

PENANGANAN ADIKSI NIKOTIN
Apakah Bukan Masalah Medis

Britton J, Jarvis M, McNeil A, Bates C, Cuthbertson L, Godfrey C

Merokok sigaret membunuh banyak orang lebih dari segala pajanan lingkungan lainnya atau faktor kebiasaan lainnya. Suatu pajanan lingkungan adalah mempunyai efek pada kesehatan masyarakat luas apabila pajanan tersebut sering/banyak terjadi, atau berefek besar meningkatkan risiko untuk mendapatkan suatu penyakit; kenyataannya merokok mempunyai kedua hal tersebut. Efek merokok pada kematian juga mengejutkan, 1 dari 2 kematian prematur, termasuk 1 dari 4 kematian pada usia dewasa muda dengan kehilangan sebanyak 25 tahun hidup adalah disebabkan karena merokok. Sebagian besar kematian prematur tersebut disebabkan oleh kanker paru, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan pneumonia. Merokok adalah penyebab banyak masalah kesehatan dan menyebabkan dampak utamanya pada dokter ahli paru.

Telah lama diketahui bahwa adiksi nikotin mempunyai peran penting sehingga perokok terus merokok dan sulit untuk berhenti merokok. United States Surgeon General Tahun 1988 menyimpulkan bahwa merokok adalah adiksi, dan nikotin yang ada dalam tembakau bertanggung jawab terhadap efek adiksi tersebut. Royal College of Physician di London dalam laporannya nienyimpulkan bahwa nikotin dalam rokok mempunyai efek adiksi kuat, merokok mempunyai kedua kriteria diasnostik sebagai obat/bahan yang membuat ketergantungan, dan aspek-aspek utama dari ketergantungan. Nikotin setara dengan obat adiksi kuat lainnya yang membuat ketergantungan pada pemakainya seperti heroin dan kokain. Perbedaannya, dibandingkan heroin dan obat adiksi kuat lainya nikotin  mempunyai efek kecil/sedikit pada mood, motor  atau mental performance.  Umumnya perokok menjadi adiksi dengan nikotin pada saat remaja sebagai periode yang dipenuhi keingintahuan atau coba-coba antara lain merokok dan akhirnya ketagihan sehingga menjadi perokok sepanjang hidupnya. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa perokok umumnya berkeinginan untuk berhenti merokok dan setiap tahunnya sekitar 1 dari 3 perokok mencoba berhenti merokok dan hanya 2% dari seluruh perokok berhasil berhenti merokok. Kenyataannya banyak perokok yang mencoba berhenti merokok dan mengalami kegagalan dalam hitungan hari. Seringkali pada perokok yang telah berhasil berhenti merokok dalam beberapa minggu bahkan bulan, terjadi kekambuhan atau kembali merokok. Adiksi nikotin bersifat kronik, kambuhan, dan pada banyak kasus menimbulkan masalah sepanjang hidupnya yang membutuhkan intervensi berulang untuk mencapai berhenti merokok selamanya.

Dari semua hal yang telah diuraikan di atas, maka konsekuensinya secara logika adalah mengenal dan memperlakukan adiksi nikotin tidak hanya sebagai penanganan medis rutin, tetapi sebaiknya dilakukan sebagai salah satu prioritas atas. Diharapkan penanganan masalah merokok ditekankan kepada pengajaran pencegahan dan manajemen adiksi nikotin pada pendidikan kedokteran baik calon  dokter maupun calon dokter spesialis; dan penyebaran layanan berehenti merokok pada praktek  klinik dokter.  Sedangkan penggunaan obat-obatan atau intervensi farmakologik mulai dikenal sejak 20 tahun terakhir, antara lain rnemberikan pengganti nikotin (nicotin replacement), terapi buropion dan sebagainya. Pada dasarnya, bila dilakukan penyuluhan mengenai rnerokok dan permasalahannya akan banyak mengurangi prevalensi merokok. Intervensi berhenti merokok pada segala tahap adalah sangat bermanfaat mengingat merokok dapat terjadi pada segala golongan usia dan berhenti merokok meningkatkan umur harapan hidup dan mengurangi berbagai resiko gangguan/penyakit akibat merokok sehingga meningkatkan kualiti hidup.
Bagaimana kenyataannya yang terjadi? Penanganan berhenti merokok hanya sangat sedikit diajarkan pada sekolah kedokteran, dan tidak hanya Iatihan melakukan penanganan penderita perokok pada praktek klinik. Pada tahun 1995, survei di sekolah kedokteran di berberapa negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa umumnya pengajaran diletakkan pada peran rokok dalam menimbulkan penyakit, hanya kurang dari 40% yang mengajarkan berhenti merokok. Walaupun pengajaran mengenai tembakau dan permasalahannya telah diberikan pada calon dokter di sekolah kedokteran, di Amerika Serikat, akan tetapi jangkauan layanan berhenti merokok adalah jauh dari komprehensif. Tahun 1997, 55% sekolah kedokteran memberikan kurikulum mengenai masalah tembakau dan hanya 5% mempunyai target penanganan berhenti merokok pada kurikulumnya. Umumnya (70%) sekolah kedokteran tidak memberikan latihan penanganan berhenti merokok, sehingga pengamatan menunjukkan umumnya dokter dan calon dokter di Amerika Serikat tidak tidak mendapatkan latihan penanganan berhenti merokok yang.adekuat untuk mengatsi adiksi nikotin. Lebih parah Iagi situasi di lnggrs, tidak didapatkan data mengenai kurikulum merokok/tembakau di sekolah kedokteran, tetapi pengalaman personal menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dokter di rumah sakit yang mengetahui penanganan berhenti merokok, akan tetapi umumnya tidak mendapatkan pengajaran berhenti merokok secara formal saat disekolah kedokteran. Tentu saja keadaan itu mengandung arti cakupan layanan berhenti rnerokok di praktek klinik tidak terlaksana. Bahkan hanya sedikit perokok yang mendapat saran untuk berhenti merokok dari dokter keluaga atau dokter layanan primer. bahkan seolah para dokter menolak untuk mendiskusikan masalah merokok kecuali pada penderita dengan penyakit akibat merokok. Kesimpulannya bahwa di Inggris dan juga di Amerika Serikat dan di berbagai negara lainnya, adiksi nikotin selama bertahun-tahun tidak dikenal atau tidak diberlakukan sebagai masalah medis, dan layanan berhenti merokok tidak diajarkan, dilatih atau direncanakan serta disebarkan kepada para petugas kesehatan..
Apa yang dibutuhkan pada era layanan kesehatan modern adalah pergeseran substansi dalam berpikir secara profesional dan politik. Pada pemikiran profesional, sebaiknya melibatkan calon dokter, dokler dan dokter spesialis dalam pelatihan penanganan berhenti merokok; sehingga diyakini para dokter dan tenaga kesehatan lainnya mampu malakukannya dan dipraktekkan pada kliniknya. Pada pemikiran politik. pemerintah sebaiknya memfasilitasi intervensi berhenti merokok secara rutin bagi semua perokok., menyediakan kebutuhan/infomasi untuk terselenggaranya layanan berhenti merokok, antara lain publikasi tuntunan bagaimana memasyarakatkan layanan berhenti merokok dan bagaimana mendapatkan bantuan dana untuk melaksanakan layanan tersebut.
Walaupun pada kenyataannya di masyarakat pencegahan teradinya penyakit akibat rokok lebih ditekankan daripada layanan berhenti merokok; yang sebaiknya keduanya dilakukan sehingga efektif menurunkan prevalensi merokok. Pencegahan iklan dan promosi rokok, edukasi dan motivasi masyarakat melalui media massa. diberlakukannya daerah bebas rokok, terutama ditempat umum dan kerja, meningkatkan pajak rokok, semuanya berkontribusi baik untuk pencegahan primer maupu sekunder pada masyarakat. Akan tetapi upaya tersebut hanya berdampak kecil pada negara yang pencegahan merokok dan adiksi nikotin hanya pada kelompok orang tertentu (orang dewasa). Masyarakat juga membutuhkan jawaban apakah penggunaan nikotin dilarang sepenuhnya. atau tetap diijinkan dengan catatan dilakukan peraturan agar aman digunakan. Mana yang lebih haik? Kenyataannya, walau diberlakukan larangan penuh menggunakan nikotin, terdapat kelompok orang yang telah teradiksi dan tidak dapat berhenti merokok sehingga alternatifnya memberikan dosis letal serendah mungkin pada rokoknya. Itulah sebabnya tidak dapat menutup seluruh dan sekaligus industri rokok, yang tetap dibutuhkan bagi perokok yang telah teradiksi dan tidak dapat berhenti merokok; akan tetapi tanpa membahayakan atau membakar orang lain atau semua orang.
Idealnya seluruh profesi medis, dan terutama dokter ahli paru sebaiknya memperkenalkan dan megingatkan isu-isu terisebut kepada masyarakat. Pada Iapisan masyarakat, dibutuhkan individu-individu atau organisasi profesi yang secara aktif melakukan kontrol terhadap iklan, harga, ketersediaan, pengunaan rokok di masyarakat, dan terus menerus menyarankan peraturan keamanan bagi produk tembakau/rokok, serta memasyarakatkan promosi berhenti merokok kepada perokok. Sedangkan di dalam profesi,  di butuhkan peran aklif dalam pendekatan agar pengetahuan dan ketrampilan penanganan berhenti merokok di berikan pada calon dokter dan calon dokter spesialis. tersediannya dana yang sistematik dan komprehensif untuk terselenggaranya klinik berhenti merokok, dan idealnya mengimplementasikan tuntutan (guideline) intervensi berhenti merokok pada praktek klinik dokter. Akhirnya kembali kepada moral, terutama negara maju yang tetap memproduksi rokok yang notabene adalah bahan adiksi kuat dan produk letal yang mengeksport ke  negara-negara lain terutama negara sedang berkembang adalah bertanggungjawab terhadap epidemik penyakit akibat rokok di dunia. Apakah keadaan itu etik dan bermoral? Hal tersebut sebaiknya diangkat dan diperdebatkan oleh kalangan profesi medis. Satu janji dari Pemerintahan Buruh (Labour Governement)  di inggris sejak terpilihnya pada tahun 1996 adalah mengadopsi "ethical" foreign policy, dan tahun 1996 the President of the Royal College of Physicians di London menulis kapada the British Foreign Sociaty. Robin Cook, untuk mempertanyakan apakah pemerintah Inggris membenarkan eksport tembakau/rokok ke negara-negara sedang berkembang di dunia sebagai tindakan yang etis. Sampai sekarang belum ada respon dan terus menunggu jawabannya.
(Am
J Respir Crit Care Med 2001; 164:
13-15)
 



BAHAYA ASAP ROKOK TERHADAP KESEHATAN ANAN

Wahju Aniwidyaningsih
Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

 
Berbagai penelitian di dunia menunjukkan berberbagai efek buruk yang diakibatkan oleh rokok baik secara langsung ataupun tak langsung antara lain penyakit paru dan saluran napas, kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, abortus, kelahiran prematur, sudden death infant sydrome (SIDS) bahkan kematian. Setiap tahun terdapat 3 Juta kematian akibat penyakit yang dihubungkan dengan rokok diseluruh dunia, dan diduga dapat meningkat sampai lebih dari IO juta kematian pertahunnya. Kematian akibat kanker paru pada perempuan saat ini telah melebihi jumlah kematian akibat kanker payudara, hal tersebut diakibatkan peningkatan jumlah perempuan yang merokok setiap tahunnya.1,2
 Akibat buruk rokok tidak hanya ditanggung oleh perokok itu sendiri (perokok aktif) namun juga oleh orang-orang disekitarnya (perokok pasif). Pada tahun 1993, United States Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan laporan evaluasi efek rokok akibat asap rokok (Secondhand smoke/enviromental tobacco smoke/ETS) yang menyebutkan bahwa asap rokok dapat menyebabkan kanker paru pada perokok pasif dan dan gangguan kesehatan pada anak-anak. Setiap tahun diperkirakan 3000 orang Amerika meninggal akibat kanker paru yang dihubungkan dengan asap rokok (ETS). Jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat, bahkan sampai tahun 2000 dipekirakan mencapai 141 Juta orang. Tentunya hal itu merupakan hal yang memprihatinkan mengingat begitu banyak dampak buruk yang dapat disebabkan oleh rokok. Banyaknya jumlah perokok khususnya di Indonesia mengingatkan kita bahwa asap rokok yang ditimbulkannya tentu  rnembawa dampak buruk bagi generasi penerus bangsa.3,4
Asap rokok adalah produk dari pembakaran rokok, pipa tembakau, cerutu ataupun asap yang dikeluarkan oleh perokok aktit. Asap tersebut merupakan campuran lebih dari 4000 zat dan 40 macam diantaranya diketahui merupakan penyebab kanker pada manusia ataupun hewan percobaan, dimana zat lainnya merupakan iritan. United States Environmental Proteclion Agency (EPA) bahkan bahkan menggolongkan asap rokok (ETS) sebagai karsinogen grup A yang diketahui sebagai penyebab kanker paru pada manusia.4
Jumlah perokok diseluruh dunia mencapai milyaran orang,  WHO memperkirakan sekitar 700 Juta anak atau hampir separuh jumlah anak di dunia menghisap udara yang terpolusi dengan asap rokok khususnya di rumah. Banyaknya Jumlah anak yang terpajan asap rokok ditambah dengan bukti yang menunjukkan efek buruknya bagi kesehatan anak. menimbulkan ancaman bagi masyarakat. Orang tua perokok merupakan sumber utarna pajanan asap rokok untuk anak. Seiring dengan peningkatan usia anak, sumber pajanan asap rokok bertambah apabila anak sering berada ditempat-tempat umum yang penuh dengun asap rokok. Selain itu penting  diingat sumber pajanan iain adalah ibu hamil yang merokok maupun ibu menyusui.3,5 
Udara di rumah perokok mengandung particulate matter (PM2,5 = partikeI yang berukuran < 2.5 μm) 2-3 kali lebih banyak daripada di rumah bukan perokok. Bukti epidemiologik menunjukkan terdapat hubungan antara kadar PM10 dengan peningkatan morbiditi akibat penyakit paru dan salaluran napas. penurunan fungsi paru dan peningkatan angka perawatan rumah sakit bagi penderita penyakit paru seperti PPOK serta penderita penyalkit dengan riwayat atopi seperti asma atopi.5,6
Anak yang terpajan asap rokok dan orang tuanya memiliki risiko infeksi saluran nafas bawah seperti peneumonia dan bronkitis. EPA memperkirakan 150.000 - 300.000 anak usia di bawah 18 bulan menderita infeksi saluran napas bawah dan 7500 - 15000 diantaranya memerlukan perawatan rumah sakit. Infeksi saluran napas sering dihubungkan dengan infeksi telinga bagian tengah. Anak yang lahir dari ibu perokok dan orang tua perokok ternyata memiliki risiko menderita asma 2 kali lebih besar daripada anak yang tidak pernah terpajan asap rokok.7-9 Pengaruh buruk ibu hamli yang merokok ternyata mampu rneningkalkan risiko infeksi saluran napas bawah terhadap bayi yang dikandungnya sebesar 2,8 kali. Bukti epidemiologik menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki berat badan lahir lebih rendah sekitar 200 gram. Demikian pula bayi baru lahir, apabila terpajan asap rokok ternyata memiliki risiko SIDS 3 kali lebih besar daripada bayi yang tidak terpajan asap rokok.7-10
Banyaknya akibat buruk asap rokok terhadap kesehatan anak dan peningkatan jumIah perokok di dunia maupun di Indonesia sendiri tentunya akan semakin menambah beban di masyarakat baik dari segi kesehatan, ekonomi dan sosial. Hal itu tentunya memerlukan peran serta seluruh anggota masyarakt dan pemerintah untuk semakin mempopulerkan kegiatan anti rokok demi keselamatan dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa.
Daftar Pustaka
  1. Emmons KM. Smoking cessation and tobacco control, Chest 1999; 116:490S-2S
  2. Parkin DM. Pisani P, ferlay. Global cancer statistic. CA Cancer J Clin 1999; 49:33-64
  3. World Health Organization: International Consultation on Environmental Tobacco Smoke (ETS) and Child Health. Tobacco Free Initative: Concultation Report. Geneva 1999.
  4. United States Environemntal Protection Agency. Setting the record straight: Seconhand smoke is. a preventable health risk. Available from URL:http//www.epa.gov/iaq/pubs/strsfs.html. Accecsed on September  2,2001.
  5. American Academy of Pediatrics. Environmental tobacco smoke; A Hazard to shildren (RE9716). pediatrics 1997; 99:639-42.
  6. Committee of the Environmental and Occupational Health Assembly of the American Thoracic Sociaty. Health effects or outdoor airpollution. Am J Respir Crit Care Med 1996; 153:3-50.
  7. Committee on Atherosclerosis and Hypertension in Children. Council on Cardiovascular Disease in the Young, and American Hert Association. Active and pasive tobacco exposure : A Serious pediatric health problem. American  Heart Association Medical/Scientific Statement. Avalpiable from URL; http:// www.americanheart.org/scientific/statements/1994/11940.html. Accesed on September 2, 2001.
  8. United States Environmental Protection Agency. Seconhand smoke; What you can do about; smokes as parents. decision makers, and building ocuptions. Avaliablel from URL http://www.epa.gov/i aq/pubs/etsbro/.html.Accesed on September 2.2001 .
  9. Cook DG, Strachan DP. Summary effects of parental smoking on The Respiratory health of children and implications for research. Thorax 1999;54:357-66.
  10. Anderson HR, Cook DG. Passive smoking And sudden infant death syndrome: review of the epidemiological evidence. Thorax 1997:52:1003-9

 

RANCANGAN KONVENSI PENGENDALIAN TEMBAKAU

 

Kenaikan dan penyebaran konsumsi tembakau yang spektakuler di seluruh dunia rnerupakan sebuah tantangan dan kesempatan bagi organisasi keseehatan dunia. Tantangannya adalah dalam mencari solusi untuk masalah yang menembus butas-batas nasional, budaya masyarakat dan strata sosial-ekonomi. 
Pada tangpal 24 Mei 1999. World Health Assembly (WHA), badan pengatur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). membuka jalan bagi negoisasi multilateral untuk memulai serangkaian aturan dan ketentuan yang akan mengatur peningkatan dan penyebaran tembakau dan produk-produk tembakau di abad mendatang. Ke-191 anggota WHA secara bulat mendukung sebuah resolusi yang mengupayakan agar mulai menangani The Frame work Convention on Tobacco Control (FCTC) yaitu suatu perangkat hukum baru yang dapat mengetengahkan isu tersebut yang menentang iklan dan promosi, diversifikas,. penyelundupan, pajak-pajak dan subsidi tembakau. Sebanyak 50 negara sepakat untuk mengumpulkan dukungan finansial dan politis bagi konvensi tersebut. Di dalam daftar tersebut termasuk lima negara anggota tetap Dewan  Keamanan PBB, negara penanam dan pengekspor tembakau serta beberapa negara dari dunia berkembang dan negara maju yang menghadapi pukulan berat terhadap peningkatan pemasaran dan promosi industri tembakau. Uni Eropa dan 5 LSM juga lelah membuat pernyataan yang mendukung konvensi tersebut dan kepemimpinan direktur jendral dalam pengendalian tembakau global.
Kelompok kerja dari FCTC WHO mengadakan perternuan dan terakhir di Genewa Swiss dari tanggal 27-29 Maret 2000 Kedua pertemuan tensebut dihadiri oleh para peserta dari beberapa sektor dan termasuk wakil-wakil dari 153 negara anggota (yang mewakili 95% dari populasi dunia) dan mayarakat Eropa, serta pengamat dari the Holy See. Palestina. organisasi-organisasi dari PBB.organisasi pemerintah dan LSM.
Pada bulan Mei 2000. WHA secara bulat menerima sebuah resolusi yang secara resmi meluncurkan negoisasi politik yang akan dimulai tanggal 16 0ktober 2000 di Genewa, Swiss. Resolusi WHA 53.16 memutuskan agar Badan Perunding memulai negosiasinya dengan fokus awal terhadap konsep Frame- work Convention tanpa mengurangi pmbahasan di masa mendatang atas kemungkinan adanya protokol yang berkaitan.
Pada bulan Maret 2000, Direktur Jendral WHO Gro Harlem Brundtland mengadakan dengar pendapat umum mengenai isu-isu di sekitar Framework Convention. Dengar pendapat dua hari di Genewa, pertama mengenai sejarah WHO diadakan pada tanggal 12 - 13 Oktober. Dengar pendapat itu akan memberikan kesempatan kepada komunitas kesehatan masyarakat dan juga industri dan para petani tembakau. untuk berbicara di depan umum. Semua kebutuhan akan dibuat sebagai bagian dan rekaman umum serta akan disebarkan kepada negara-negara yang merundingkan FCTC.
Ada banyak manfaat FCTC bagi negara-negara. Salah satunya yang paling signifikan adalah bahwa dengan konvensi tersebut sebagai kendaraan pelacak dan koordinasi, kebijakan kesehatan umum nasional, yang dibuat sesuai dengan kebutuhan nasional, dapat dilangsungkan tanpa risiko dilalaikan oleh fenomena transnasional (mis.penyelundupan). Kendati frame work concention mewaiibkan negara-negara untuk bekerja sama daIam bidang-bidang utama, proses tersebut juga berfungsi untuk mencetak hubungan penting di antara negara dan mitra potensial Iainnya. Negara-negara dapat berperan serta dalam framework sentral sementara memikirkan keputusan apakah akan berperan serta dalam protokol.
(Dikutip dari:Dokumen Pengantar Rancangan Konvensi Pengendalian Tembakau,WHO & TFI, 2001)

 

ROKOK DAN PEREMPUAN

 
Laporan Surgeon General Reports tentang rokok dan perempuan telah diterbitkan bulan Maret yang lalu yang secara jelas menyatakan bahwa kebiasaan merokok adalah masalah bagi wanita. Di Amerika Serikat kanker paru saat memerupakan 25% dari seluruh kematian akibat kanker pada kaum perempuan. Dulu kanker paru memang jarang ditemukan pada perempuan, tetapi saat ini kanker paru merupakan penyebab utama kematian perempuan akibat kanker di Amerika Serikat, melebihi kanker payudara. Berbagai aspek dalam laporan The US Surgeon General Reports tentang rokok dan perempuan, adalah aspek kesehatan, pola dan kecenderungan akibat merokok, kebiasaan merokok, faktor yang berhubungan dengan perempuan yang mulai rnerokok dan kemudian terus merokok, aspek sosial, intervensi untuk berhenti merokok dan pencegahan serta bagaimanaa industri rokok yang telah sejak lama menargetkan perempuan sebagai konsumen mereka. Dr. Satcher meyampaikan bahwa telah terjadi peningkatan women's death rates untuk kanker paru sebesar 600 % sejak 1950. Laporan itu dan dokumen-dokumen lainnya dapat dilihat pada www.cdc.gov/tobacco/.
(Dikutip dari: UICC News,  XII No. 2, 2001)

 

MENGAPA ANAK MEROKOK

Przewozniak K.

 
Data dari Polandia tahun 1990-an menunjukkan peningkatan kebiasaan merokok yang tinggi khususnya pada anak perempuan (16% tahun 1990 ke 28% tahun 1998). Untuk mengetahui karakteristik rnerokok serta faktor yang mempengaruhinya di Polandia telah dilakukan survei pada 3.294 anak berusia 13-15 tahun pada bulan Desember 1999, sebagai bagian dari Global Youth Tobacco Survey WHO. Hasilnya menunjukkan bahwa 68% anak laki-laki dan 57% anak perempuan pernah mencoba untuk merokok. Dua belas persen (12%) dari mereka bahkan sudah mencoba merokok sebelum usila 7 tahun. Banyaknya remaja tersebut yang telah teradiksi nikotin adalah 37% anak laki-laki dan 28% anak perempuan ternyata merokok setelah bangun tidur setiap pagi hari, 75% anak-anak perokok ini ingin berhenti merokok. Faktor sosial ekonomi berhubungan dengan kebiasaan merokok anak-anak tesebut adalah 66% orang tua mereka adalah perokok, 89% terpajan ikan rokok dalam bulan terakhir, dan 47% pernah mendapat tawaran rokok secara cuma-cuma dari perusahaan rokok.
(Disampaikan pada: 11th World Conference on Tobacco or Health, 2000)

 

PREVALENSI MEROKOK DI "PROPINSI GUANG DONG" CHINA

Wang Z
Sun Yat Sen, University of Medicine Scientis - China

 
Untuk mendapatkan prevalensi merokok pada penderita Guang Dong (usia 34-44 tahun) telah dilakukan pemeriksaan 1.554 penduduk usia tersebut dengan cara Multi Stage Cluser Sampling. Perokok didefinisikan sebagai seorang yang merokok setidaknya 1 batang sehari minimum 1 tahun. Ditemukan 722 laki-laki dan 802 perempuan yang merokok, masing-masing 81.4% dan 4.1%. Terdapat 786 penduduk urban dan penduduk rural yang merokok. Prevalensi merokok kaum laki-laki di daerah urban 78,1% dan perempuan adalah 84.4%, salah satu yang paling tinggi di China.
(Disampaikan pada: 11th World Conference on Tabacco or Health, 2000)

 

PERBANDINGAN USIA HARAPAN HIDUP KANKER PARU DAN KANKER PAYUDARA
PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

Miller GH

 
Telah dilakukan perbandingan usia harapan hidup antara perokok dan bukan pepokok. Data dikumpulkan dan wawancara pada keluarga yang meninggal. Data dikumpulkan berdasar pada 26.000 wawancara lokal. Data yang diujikan berasal dari 12.864 perempuan yang berusia 30 tahun ke atas. Hasilnya menunjukkan sebagai berikut:
  1. Usia harapan hidup perempuan perokok adalah  68%, dan bukan perokok adalah 78,6% tahun.
  2. Usia harapan hidup penderita kanker paru perokok adalah 60,7% tahun. dan bukan perokok adalah 72,5% tahun
  3. Usia  harapan hidup penderita kanker payudara perokok adalah 60.7% tahun, dan bukan perokok adalah 65,4% tahun.
    (Disampaikan pada: 11th World Conference on Tobacco or Health, 2000)

 

DATA EPIDEMIOLOGI MEROKOK

Tjandra Yoga Aditama

 
Berikut disampaikan data epidemiologi merokok yang banyak dibicarakan pada 11th World Conference on Tobacco or Health (WCOTH):
  • 500 juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok
  • Di tahun 2000 hampir 4 juta orang akan meningal akibat merokok di tahun 2030 10 juta orang akan meninggaI setiap tahunnya
  • Penyakit akibat merokok merupakan penyebab salah satu dan setiap sepuluh kematian di dunia
  • Kebiasaan merokok akan segera menjadi penyebab kematian utuma di dunia, lebih tinggi dari  gabungan kematian akibat HIV / AIDS. kematian maternal, kecelakaan lalu lintas, bunuh diri dan pembunuhan
  • Dewasa ini 80% perokok tinggal di negara-negara berkembang
  • Di tahun 1997 ada 5,7 triliun batang rokok yang dikonsumsi di dunia. Lima besar pengkonsumsi rokok di dunia adalah Cina dengan 1.679 milyar batang setahunnya. Amerika Serikat 480 milyar batang, Jepang 316 milyar batang, Rusia 230 milyar batang, dan Indonesia di urutan ke lima yaitu 186 milyar batang rokok setahunnya
  • Saat ini ada sekitar 1.1 milyar perokok di dunia, dan bila pola tersebut menetap akan rneningkat menjadi 1,6 milyar di tahun 2025
  • Setiap harinya sekitar 80 - 100 ribu remaja di dunia yang menjadi pecandu dan ketagihan rokok. Bila pola itu terus menetap maka sekitar 2 juta anak yang bidup sekarang ini akan meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok
  • Di negara berkembang dengan pendapatan perkapita US$ 2.000, program penanggulangan merokok yang efektif hanya akan bernilai sebesar US$ 20-40 untuk setiap tahun hidup. Harga itu tentu jauh lebih murah dari pengobatan kanker paru (hanya dapat memperpanjang hidup) pada sekitar 10% penderitanya) yang bernilai US$ I8.000 setiap tahun yang dihasilkan
Data-data epidermiologik tersebut tentu punya peran besar dalam kegiatan advokasi penanggulangan masalah merokok, kendati perlu dilengkapi dengan data-data dari Indonesia sendiri, diperlukan penelitian-penelitian untuk mendapatkannya.
(Dikutip dari: Proceeding 11th World Conference on Tobacco or Health. 2000)